enjoy the song

Minggu, 16 Juni 2013

Yeremia 3:1-5 (Pertobatan kepada Tuhan)

A.    Pengantar dan Latar Belakang Nabi Yeremia
Nama Yeremia berasal dari bahasa Ibrani “Yirmeyahu” yang berarti telah menunjuk. Yeremia dilahirkan dikampung Anatot, yang letaknya kira-kira 5 km disebelah utara Yerusalem. Nama ayahnya adalah Hilkia yang berasal dari salah satu keluarga imam. Ia disangka keturunan dari Abyatar, imam Raja Daud yang dipecat oleh raja Salomo dari jabatannya di Yerusalem sehingga mereka tidak lagi bisa menjalankan tugas keimaman mereka dalam Bait Allah. Kemungkinan hal ini yang menyebabkan walaupun keluarga Yeremia adalah keluarga yang berasal dari keturunan imam, tetapi mereka tidak mendapat giliran bertugas dalam Bait Allah. Panggilan Yeremia sebagai nabi pada tahun ketigabelas pemerintahan Raja Yosia (627 SM), sehingga kemungkinan ia dilahirkan pada tahun 645 SM, akhir masa pemerintahan Raja Manasye. Oleh Tuhan Yeremia dilarang beristeri dan ini merupakan salah satu gambaran seorang nabi yang seluruh hidupnya diabdikan pada tugasnya. Ia dipanggil menjadi nabi masih muda. Ia tidak memiliki minat menjadi nabi karena ia lebih memilih hidup yang tenang dan damai dengan semua orang. Tampil sebagai nabi di Yerusalem dan memberikan kecaman adalah sesuatu yang sulit baginya yang lebih suka dengan keadaan damai. Hal tersebut terlihat ketika Yeremia berbentrokan dengan orang-orang kalangan atas dan tidak mampu memberi bukti tentang setiap pesan nubuatnya.
Yeremia dilahirkan pada akhir masa pemerintahan raja Manasye dimana terjadinya pergolakan pada bangsa Yehuda. Pada masa pemerintahan Manasye, Yehuda berada dalam jajahan bangsa Asyur yang sedang makmr pada saat itu. Manasye setia kepada Asyur dengan mendirikan mezbah bagi dewa-dewa Asyur disekitar lingkungan Bait Allah. Ia memaksa orang-orang Yehuda menyembah Baal yang adalah dewa kesuburan orang  Kanaani, persundalan suci, dan korban anak-anak serta siapa yang melawannya akan dihukum mati. Hal tersebut menyebabkan orang-orang menggunakan ritus kafir untuk memuja Tuhan sebab mereka sudah tidak bisa membedakan antara Tuhan dan dewa-dewa tersebut. Ketika agama Baal dan kafir merajalela pada saat itu, bangsa Yehuda mengalami kemerosotan agama dan akhlak serta terjadi korupsi dan ketidakadilan. Sama halnya dengan Manasye, Amon yang adalah anaknya juga memerintah dengan kelaliman.
Setelah itu Yosia yang adalah anak Amon ketika berumur delapan tahun naik takhta dan kemungkinan pada masa anak-anak dan remajanya urusan kenegaraan ditangani oleh para penasihat. Pada masa pemerintahannya (640-609 SM), terjadi ketegangan politik dimana kekuasaan Asyur mulai melemah oleh karena ada pemberontakan dari negara-negara lain. Kesempatan ini digunakan oleh Yosia melakukan pembebasan dan pembaharuan serta memperluas daerah kekuasaannya. Pada tahun 629/628 SM, Yosia mulai mengubah sistem politik dan agama dimana ia menolak adanya dewa-dewa asing, tetapi kebiasaan itu belum langsung hilang sehingga Yeremia tampil (627 SM) untuk mengingatkan dan mengkritik mereka dengan keras karena ketidaktaatan pada Tuhan. Yeremia kemudian yakin bahwa mereka akan mengalami penderitaan dari suatu musuh “dari utara”. Disamping itu Yeremia tetap berharap agar bangsa Yehuda dapat bertobat dan berbalik kepada Tuhan. Identitas musuh “dari utara” diduga adalah orang Skit dan Yeremia percaya bahwa Yehuda akan dihukum jika mereka tetap pada perbuatan-perbuatannya. Reformasi dari Yosia memuncak pada tahun 622 SM dimana Bait Allah diperbaiki dan ditemukan Kitab Taurat oleh Imam Besar Hilkia. Hal tersebut menyebabkan ia meneruskan reformasinya dengan menghapus semua kebiasaan agama kafir maupun ilmu sihir dan ramalan. Hal tersebut tidak saja ia lakukan di Yehuda tetapi juga di Samaria khususnya di Betel yang dulunya tempat kudus raja Israel Utara. Tetapi yang menjadi pusat peribadatan dilakukan di Yerusalem. Tindakan dan kebijaksanaan dari Yosia itu dihormati oleh Yeremia dan Yeremia mendukung usaha tersebut. Dari reformasi Yosia itu yang mengubah kebijaksanaan menjadi adil adapula akibat yang kurang baik yaitu Bait Suci di Yerusalem dianggap sebagai jaminan keamanan sehingga pertobatan secara batiniah dari orang-orang Yehuda tidak tercapai dengan baik dan Yeremia melihat hal itu sebagai sesuatu yang dangkal dimana pembaharuan agama tidak disertai dengan perbaikan akhlak. Tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama dimana ketika Firaun Nekho II Mesir membantu Asyur (609 SM) merebut Haran, dan Yosia yang mendukung Babel mau menghalangi tentara Mesir. Namun dalam pertempuran di Megido, Israel kalah dan raja Yosia sendiri terbunuh (609 SM). Yoahas anaknya menggantikan ia menjadi raja.
Nekho memperlakukan Yehuda dengan kekerasan dimana ia menurunkan Yoahas yang hanya memerintah selama tiga bulan dan membuangnya ke Mesir dan mengangkat Yoyakim sebagai raja bawahannya serta memungut pajak yang sangat besar. Yoyakim tidak memperhatikan hak dan kesejahteraan penduduknya dengan membiarkan orang-orang bekerja rodi tanpa upah. Namun kemudian Nebukadnezar melawan Mesir (605 SM) dan megalahkan bangsa-bangsa lain. Yoyakim kemudian mengalihkan kesetiaannya kepada Babel karena merasa berada dalam ancaman. Pada saat itu Yeremia mendiktekan nubuat-nubuatnya kepada Barukh, dan pada tahun berikutnya Barukh membacakannya dalam Bait Suci. Yeremia berharap bangsa Yehuda dapat bertobat dan hukuman dari bangsa asing itu dapat terluput. Namun ada dua hal yang dihadapinya yaitu adanya kepercayaan orang Yehuda bahwa Bait Suci akan menjamin perlindungan sehingga walaupun mereka telah menyembah dewa kafir mereka tetap berpegang pada keprcayaan itu. Yeremia harus melawan kepercayaan itu sebagai yang palsu. Yang kedua, Yoyakim adalah raja yang tidak pantas karena adanya ketidakadilan sosial. Tetapi pada tahun 604 SM, Yeremia tidak ragu bahwa hukuman akan segera datang  ketika Yoyakim membakar kitab gulungan yang berisi nubuatan-nubuatannya, dan itu merupakan tanda bahwa ia menolak kesempatan untuk bertobat. Yeremia pun mengalami penderitaan dimana selalu ada perselisihan dari Raja Yoyakim, para nabi, pemimpin politik dan masyarakat yang tidak suka padanya. Kemudian pada tahun 601 SM, Yoyakim ingin membebaskan diri, namun Yeremia mengatakan untuk menyerah saja dan jangan melawan karena ini merupakan hukuman dari Allah karena tidak bersandar pada Tuhan. Yoyakim tetap saja memberontak sehingga Nebukadnezar membalas dendam. Pada Desember 598 SM, Nebukadnezar menyerang Yerusalem dan pada saat itu Yoyakim wafat kemudian digantikan Yoyakhin anaknya yang baru berumur delapan belas tahun. Namun setelah tiga bulan ia menyerahkan diri kepada Babel, sehingga Nebukadnezar memperlakukan mereka secara baik. Kemudian Nebukadnezar menetapkan Zedekia anak Yosia sebagai raja Yehuda tetapi tetap berada dalam jajahan Babel.
Zedekia naik takhta ketika berumur dua puluh tahun. Namun pada masa sulit seperti itu banyak penduduk Yerusalem tetap menganggap Yoyakhin sebgai raja mereka dan tidak menerima Zedekia. Ia pun kehilangan para penasihat dan pegawai akibat pembuangan (597 SM). Hubungan antara nabi Yeremia dan raja cukup baik, dimana Yeremia mengatakan kepada raja agar takluk saja kepada Babel. Tetapi raja tidak bertahan oleh pihak kalangan atas, dan dengan bantuan dari Mesir mereka mau memberontak terhadap Babel. Penduduk Yehuda percaya bahwa Tuhan akan bertindak dan menolong mereka, oleh karena itu mereka mendesak agar merencanakan pemberontakan terhadapa Babel (595/594 SM) tetapi hal tersebut dibatalkan. Zedekia kemudian mengirim utusan ke Babel untuk mengatakan bahwa ia akan tetap berlaku setia. Pemberontakan kemudian akhirnya terjadi (589 SM) ketika Yehuda bersekutu dengan Mesir, Tirus dan Amon melawan Babel tetapi orang-orang Edom berpihak pada Babel.
Babel mulai bertindak (589 SM), Yeremia bernubuat bahwa kota itu akan dibinasakan tetapi juga berharap agar Zedekia takluk kepada Babel. Yeremia juga menegur penduduk kota dengan keras akibat perbuatan mereka dan bernubuat bahwa kepungan akan dibarui. Setelah itu Yeremia dipenjarakan dan sementara ia dipenjara, ia membeli ladang dari anak pamannya. Yerusalem dikepung (588 SM), dan pada waktu itu pula tentara Mesir tiba di Yehuda. Tetapi raja Nebukadnezar mengalahkan tentara Mesir dan melanjutkan pengepungan di Yerusalem. Selama masa pengepungan, Yeremia menekankan adanya harapan. Pembelian ladang merupakan tanda bahwa sesudah hukuman umat Israel akan dipulihkan. Dengan demikian Yeremia mengumumkan pengharapan dan pemulihan kepada bangsa melalui perkataannya sebagai seorang nabi. Disamping itu Yerusalem tetap bertahan selama satu tahun, namun pada bulan Juli 587 SM, orang-orang Babel membelah tembok dan memasuki Yerusalem. Zedekia lari menuju Sungai Yordan tetapi ia ditangkap dan dibawa ke markas Nebukadnezar di Ribla. Nebukadnezar memperlihatkan Zedekia penyembelihan anak laki-lakinya, kemudian matanya dicungkil dan dibawa ke Babel. Kemudian Nebuzardan kepala pengawal tiba di Yerusalem dan membakar kota itu dan merobohkan tembok-temboknya, Bait Allah dibakar (586 SM) sesuai dengan perrintah Nebukadnezar.
Pada masa itu kondisi Yehuda sangat memprihatinkan. Gedalya yang berasal dari suatu keluarga bangsawan Yehuda ditetapkan sebagai gubernur yang adalah bagian dari sistem propinsi Babel. Gedalya berusaha menentramkan Yehuda tetapi ia dihina dan dikatakan bekerjasama dengan musuh. Namun dalam beberapa waktu Gedalya dibunuh, dan orang-orang meminta petunjuk kepada Yeremia apa yang harus dilakukan. Ia menasihati agar tetap tinggal di Yehuda tetapi mereka menolak dan mengungsi ke Mesir serta membawa Yeremia bersama dengan mereka. Ia menegur orang Yehuda karena memuja Ratu Sorga, dan mereka yang lari ke Mesir menolak firman Tuhan maka mereka tidak akan ambil bagian dalam pemulihan bangsa Israel masa depan. Itulah nubuat nabi Yeremia yang terakhir.
 
    B.     Kitab Yeremia
Kitab Yeremia berasal dari nabi sendiri yang didiktekan kepada Barukh penulisnya, adapula yang berupa simbol-simbol dan kemudian dibacakan dalam Bait Suci (604 SM). Kumpulan yang kedua dalam syair Yeremia memerintahkan orang-orang mempersiapkan diri untuk dibuang (597/598 SM). Kumpulan yang ketiga dan keempat kemungkinan pada zaman Raja Zedekia sebagai peringatan kepada raja dan para nabi pada waktu itu. Kumpulan yang kelima berbicara tentang pengepungan kota Yerusalem yang kedua dan pembelian ladang oleh Yeremia. Kumpulan yang keenam dan ketujuh nubuat Yeremia tentang kebinasaan beberapa bangsa yang bersekutu dengan Yehuda ingin melawan Babel. Dengan demikian dapat dilihat Barukh memilik peranan yang besar dalam hal ini. Barukh mulai mlayani Yermia tahun 605 SM, sampai pada waktu mereka dipaksa pergi ke Mesir tahun 587 SM, Barukh masih melayani Yeremia. Muncul pula aliran Deuteronomis yang merenungkan nubuat Yeremia sebab mereka mendapatkan ajaran yang penting bagi sesama buangan. Jadi kemungkinan merekalah yang menyelesaikan susanan kitab Yeremia dari pembuangan di Babel tahun 538 SM.
Dalam Alkitab Ibrani dan terjemahan Indonesia kitab Yeremia terdiri atas empat bagian: Bagian pertama (bab 1-25) memuat nubuat tentang ancaman yang ditujukan kepada umat Israel. Bagian kedua (bab 26-45) menyajikan cerita tentang nabi Yeremia. Bagian ketiga (bab 46-51) memuat nubuat berupa ancaman mengenai bangsa-bangsa lain. Bagian keempat (bab 52) adalah suatu tambahan yang diambil dari 2Raj 24:18-25-21

    C.    Tafsir Yeremia 3:1-5
Pada bagian ini kemungkinan Yeremia bernubuat pada masa pemerintahan raja Yoyakim yaitu berbicara tentang pilihan bagi umat yang memberontak, apakah pertobatan atau hukuman?
Ayat 1: Firman-Nya: "Jika seseorang menceraikan isterinya, lalu perempuan itu pergi dari padanya dan menjadi isteri orang lain, akan kembalikah laki-laki yang pertama kepada perempuan itu? Bukankah negeri itu sudah tetap cemar? Engkau telah berzinah dengan banyak kekasih, dan mau kembali kepada-Ku? demikianlah firman TUHAN. 
Tafsir: Firman-Nya: menunjuk pada Tuhan yaitu nama pribadi Allah orang Israel “Yahweh”. Sebutan “Firman-Nya” dan tidak langsung menggunkan sebutan “Firman Tuhan” atau “Yahweh” kemungkinan ini menunjukan otoritas Tuhan yang tinggi.
Jika seseorang menceraikan isterinya : Seseorang menunjuk pada suami yang akan menceraikan istrinya. Hubungan suami istri ini mengacu pada hubungan antara Allah dan UmatNya yaitu Umat Israel. Ada beberapa pandangan perceraian dalam PL yaitu: Pertama, jika seseorang mengajukan tuduhan palsu terhadap istrinya bahwa sebelum menikan istri itu sudah melakukan persetubuhan. Yang kedua, jika seorang laiki-laki bersetubuh dengan seorang perempuan dan bapak perempuan itu memaksa laki-laki untuk menikahi anaknya. Dalam bagian ini “Jika seseorang menceraikan isterinya” menunjuk pada tulisan dalam kitab Ulangan 24:1-4 yang menjelaskan tentang seorang perempuan yang diceraikan oleh suaminya karena melakukan perbuatan yang tidak senonoh, kemudian menikah lagi. Namun tidak dapat mejadi istri dari suami yang pertama lagi jika suami yang kedua sudah meninggal. Ini merupakan suatu pemahaman untuk mengatur praktik hidup berdasarkan bentuk hukum yang ada. Disamping itu, hal tersebut menggambarkan suatu kekecewaan dari Allah kepada bangsa Israel yang “berzinah” dengan menyembah dewa-dewi kafir bangsa lain.
“lalu perempuan itu pergi dari padanya dan menjadi isteri orang lain”. Perempuan menunjuk pada sang istri yang adalah bangsa Israel. Pergi dan menjadi isteri orang lain, hal ini menjelaskan bahwa seorang isteri yang telah diceraikan akan menikah lagi dengan orang lain apalagi orang itu memiliki kekuasaan. Maksud ini menunjuk pada bangsa Israel yang telah berpaling dari Tuhan dan “berzinah” dengan menyembah dewa bangsa lain. Bangsa Israel berpaling dari Tuhan yang adalah Allah Israel dan menyembah dewa lain karena adanya ketidaktaatan kepada Allah, dan dewa-dewa yang mereka sembah adalah dewa dari bangsa yang berkuasa pada saat itu.
 akan kembalikah laki-laki yang pertama kepada perempuan itu?” Berdasarkan kitab Ulangan 24:4 menegaskan bahwa seorang isteri yang sudah menikah kedua kalinya dan apabila suaminya meninggal tidak dapat kembali lagi dengan suami yang pertama. Ini merupakan hukum praktik dari bangsa Israel pada masa itu. Namun bagian ini mungkin ingin menjelaskan adanya belaskasihan dari Tuhan walaupun bangsa Israel telah menyembah dewa lain, tetapi Tuhan memberikan harapan agar mereka mau bertobat dan berpaling pada-Nya sebagai umat pilihan Tuhan.
 Bukankah negeri itu sudah tetap cemar?” : Negeri menunujukan kepada bangsa Israael dan dalam terjemahan LXX, kata negeri itu menunjuk kepada perempuan. Cemar berarti sesuatu yang najis atau kotor. Hal tersebut menegaskan bahwa bangsa Israel telah melakukan perbuatan yang najis atau kotor dan mencemarkan negeri yang Tuhan berikan kepada mereka.
“Engkau telah berzinah dengan banyak kekasih” : Berzinah adalah suatu perbuatan yang tercela dan tidak senonoh dan merupakan pelanggaran terhadap 10 hukum Taurat. Kekasih menunjuk adanya suatu kedekatan atau hubungan yang intim. Ini merupakan penegasan bahwa bangsa Israel memang tidak setia kepada Tuhan dalam hal ini melakukan “perzinahan” dengan dewa-dewa lain. Ini merupakan perbuatan yang sudah tidak lagi diterima oleh Tuhan sebagai Allah bangsa Israel.
 dan mau kembali kepada-Ku?” : Ini merupakan suatu kalimat pertanyaan yang memberikan penegasan dengan nada marah. Hal tersebut dikarenakan bangsa Israel sudah benar-benar murtad kepada Tuhan.
demikianlah firman TUHAN” : Inilah nubuatan yang disampaikan oleh nabi Yeremia kepada bangsa Israel dimana kata “demikianlah firman Tuhan” ingin menunjukkan bahwa ia memang nabi yang benar-benar diutus oleh Tuhan karenna memang pada saat itu kehadirannya tidak diterima oleh raja, imam, kaum kalangan atas maupun penduduk Israel.

Ayat 2: Layangkanlah matamu ke bukit-bukit gundul dan lihatlah! Di manakah engkau tidak pernah ditiduri? Di pinggir jalan-jalan engkau duduk menantikan kekasih, seperti seorang Arab di padang gurun. Engkau telah mencemarkan negeri dengan zinahmu dan dengan kejahatanmu.
Tafsir: Layangkanlah matamu ke bukit-bukit gundul dan lihatlah! Bukit-bukit gundul menunjukan pada suatu pemandangan didaerah Palestina khususnya Yehuda. Dimana Yehuda memiliki tanah yang tandus dan tidak subur seperti halnya Israel Utara. Bukit-bukit disini juga menunjukan tempat pemujaan Baal yang adalah dewa kesuburan orang Kanaani. Dan ini merupakan suatu kalimat perintah bernada tegas untuk melihat keadaan yang terjadi di Yehuda, dimana mereka telah menyimpang dan memuja dewa Baal yang bukan Allah orang Israel.
Di manakah engkau tidak pernah ditiduri” : Hal ini mungkin menunjukan bahwa Yeremia memberikan pesan dengan pertanyaan yang tegas tentang sikap orang Israel, dimana mereka menjadikan daerah mereka itu tempat penyembahan bagi dewa kafir bangsa lain. Ditiduri disini yang dimaksudkan kemungkinan adalah berkaitan dengan persundalan suci yang terjadi pada masa pemerintahan raja Manasye dan  hal yang sama kemungkinan dilakukan oleh Yoyakim. Sebab terlihat bahwa dalam masa pemerintahan Yoyakim, ia membiarkan reformasi yang dilakukan oleh Yosia gagal. Sehingga penduduk Yehuda mulai memuja dewa kafir lagi dan terdapat ketidakadilan sosial.
Di pinggir jalan-jalan engkau duduk menantikan kekasih, : Dipinggir jalan dapat digambarkan menunjukan suatu tempat yang tidak layak. Duduk menantikan kekasih menunjuk kepada orang Yehuda yang pada masa pemerintahan Yosia sebenarnya mereka sudah meninggalkan pemujaan terhadap dewa kafir dan persundalan suci. Namun pada masa Yoyakim, ia tidak perduli dengan kesejahteraan rakyat melainkan memberi tanggungan kerja yang berat, kehidupan agama tidak diperhatikan sehingga kemungkinan harapan dari bangsa Yehuda terhadap Tuhan untuk membebaskan tidak tercapai pada masa itu, sehingga mereka berbalik dan menyembah lagi dewa kkafir bangsa lain.
seperti seorang Arab di padang gurun : Seorang Arab menunjuk pada sebuah kata dengan arti yang luas sekali untuk memberi sebutan para pengembara di padang gurun Siria-Arab. Arab juga menunjukan penyamun yang siap untuk menghadang orang yang dirampoknya. Hal ini diucapkan oleh nabi Yeremia, mungkin karena rasa kekesalannya kepada raja Yoyakim akibat kumpulan nubuatnya yang pertama yang dibacakan dalam Bait Suci oleh Barukh sekretarisnya dibakar oleh Yoyakim. Ini juga mungkin menunjukan pada sikap orang Yehuda sampai pada raja yang sudah tidak lagi baik dan mengalami kemerosotan akhlak karena melakukan ritus pemujaan terhadap dewa kafir dan pada tahun 604 SM melihat sikap raja dan orang Yehuda, Yeremia sudah tidak ragu lagi bahwa hukuman akan segera datang atas mereka.
Engkau telah mencemarkan negeri dengan zinahmu dan dengan kejahatanmu. : Mencemarkan berarti suatu tindakan cela dan sikap kompromi dengan dunia yang dapat merusak segala sesuatu yang dimaksudkan untuk hidup kudus. Ini menunjukan bahwa Yeremia mengatakan kepada bangsa Yehuda kalau negeri yang mereka diami itu sudah tercemar oleh tindakan mereka yang tidak lagi setia kepada Allah Israel. Ini kemungkinan juga masih berkaitan dengan kekesalannya akibat nubuat yang dibakar oleh Yoyakim sehingga ia mengatakan bahwa ini merupakan tanda bahwa raja dan penduduk menolak adanya kesempatan untuk bertobat.
Ayat 3: Sebab itu dirus hujan tertahan dan hujan pada akhir musim tidak datang. Tetapi dahimu adalah dahi perempuan sundal, engkau tidak mengenal malu.
Tafsir: Sebab itu dirus hujan tertahan dan hujan pada akhir musim tidak datang. : Dirus hujan dalam bahasa Ibrani menunjuk pada hujan deras yang mengakibatkan kesuburan, biasanya antara bulan Desember dan Maret. Tertahan berarti tidak sampai atau tidak diperkenankan untuk datang. Hal ini mungkin dimaksudkan oleh Yeremia bahwa apa yang telah disampaikan olehnya yang merupakan nubuat dari Tuhan kepada orang Yehuda tidak akan lagi ada karena mereka tidak menghargai dan tidak mau mendengarkan apa yang disampaikannya. Ini juga mungkin menunjukan akan adanya hukuman. Karena bagi seorang petani, masa penantian hujan itu sangat dibutuhkan agar tumbuhannya subur, sedangkan jika hujannya tidak datang maka tanamannya akan mati. Hal ini mungkin menunjukan pada kondisi yang akan dialami oleh orang Yehuda yaitu penderitaan dimana nubuat tidak lagi datang kepada mereka dan Tuhan memberikan hukuman atas mereka.
Hujan pada akhir musim menunjuk pada bulan Maret atau April pada akhir musim hujan. Dimana hujan itu penting agar gandum dan tanaman lainnya menjadi kuat dan matang. Kata tidak datang lagi disini kemungkinan menunjuk bahwa sudah tidak ada lagi pengampunan bagi mereka, sebab mereka sendiri yang menolak kesempatan untuk bertobat dengan menolak setiap pesan nubuatan yang disampaikan oleh nabi Yeremia. Hal ini digambarkan oleh nabi Yeremia melalui simbol hujan yang tidak datang pada akhir musim dapat menyebabkan gandum dan tanaman akan mati menunjuk pada kesengsaraan bangsa Israel akibat dari perbuatan mereka sendiri dengan menyembah dewa kafir bangsa lain serta berbalik dari Tuhan yanga adalah Allah Israel.
Tetapi dahimu adalah dahi perempuan sundal : Dahi menunjukan sikap melawan, menentang atau memberontak. Dibagian Timur kaum wanita yang membuka selubung yang menutupi wajahnya disebut keras dahi, artinya sebagai tanda bahwa ia berani melanggar adat istiadatnya secara keseluruhan. Kecenderungan terhadap penyembahan berhala kerapkali diberikan tanda pada dahinya. Sundal berarti menunjukan adanya ketidaksetiaan kepada Allah, penyembahan berhala, uang atau mammon.. Namun, dalam kitab nabi-nabi persundalan dikaitkan dengan kemurtadan. Dahi yang menyimbolkan pelanggaran terhadap adat istiadat dibagian Timur dan merupakan tanda penyembahan berhala menunjukan sikap bangsa Israel yang menentang dan tidak mau mendengarkan Tuhan dan juga kepada Yeremia sebagai nabi yang tampil pada saaat itu. Sehingga Yeremia menggunakan kata perempuan sundal yang menunjukan bahwa mereka telah mencemarkan bangsanya sendiri bahkan murtad kepada Tuhan dengan tidak mengindahkan apa yang diucapkan Yeremia melalui nubuat-nubuatnya.
engkau tidak mengenal malu. : malu menunjukan adanya aib, kekejian, olok-olok atau penghinaan. Kehinaan akan menimpa Israel jika Hukum Taurat Allah diabaikan atau dilupakan. Disini Yeremia mau mengatakan bahwa bangsa Israel sudah tidak mengenal malu berarti mereka sudah benar-benar tidak sadar lagi akan apa yang mereka lakukan yaitu melupakan Allah, sampai penghinaan atau hukuman jatuh kepada mereka. Penghinaan yang diberikan kepada mereka kemungkinan yaitu dimana ketika mereka nantinya dibuang dalam pembuangan Babel padahal dahulunya mereka adalah suatu kerajaan bersatu yang makmur. Ini terlihat suatu kondisi rendah atau kejatuhan yang mereka alami.
Ayat 4: Bukankah baru saja engkau memanggil Aku: Bapaku! Engkaulah kawanku sejak kecil!
Tafsir
Bukankah baru saja engkau memanggil Aku : Disini menunjukan bangsa Israel yang kemungkinan mulai gelisah akan apa yang terjadi nanti atas mereka yaitu pembuangan seperti yang dinubuatkan oleh Yeremia. Mereka mulai berusaha mencari keselamatan dengan kembali mengingat dan berpegang pada kepercayaan tentang Bait Suci yang mampu menjamin perlindungan dan melawan semua musuh.
Bapaku! : Kata ini seringkali diucapkan oleh seorang isteri kepada suaminya atau ucapan oleh seseorang kepada Allahnya. Disini kemungkinan bangsa Israel mulai berusaha mencari Tuhan lagi. Mereka melakukannya bukan secara batiniah tetapi hanya formalitas yaitu untuk perlindungan dari musuh semata.
Engkaulah kawanku sejak kecil! : Disini bangsa Israael mau mengatakan bahwa mereka adalah umat pilihan Allah terbukti  melalui rentang waktu kehidupan mereka sejak keluar dari Mesir hingga menjadi suatu bangsa. Mereka mau mengatakan bahwa mereka telah lama hidup dibawah kekuasaan atau penyertaan Allah sebagai umat Israel. Yeremia mengatakan demikian mungkin untuk menggambarkan kemunafikan dari bangsa Israel yang berada dalam ancaman kesengsaraan.
Ayat 5: Untuk selama-lamanyakah Ia akan murka atau menaruh dendam untuk seterusnya? Demikianlah katamu, namun engkau sedapat-dapatnya melakukan kejahatan."
Tafsir:
selama-lamanyakah : menunjukan rentang waktu yang panjang, murka : menunjukan adanya hukuman Allah, dendam: menunjukan suatu tindakan tidak ingin mengampuni. Disini Yeremia menggambarkan bahwa bangsa Israel yang berada dalam masa krisis dan ketegangan mengaharapkan pengampunan dari Tuhan sebab mereka sepertinya gelisah kalau murka Tuhan tidak akan pernah terlepas dari mereka. Dengan demikian, maka mereka akan menjadi budak yang tidak akan terbebaskan oleh bangsa lain yang akan menindas mereka.
Demikianlah katamu : Yeremia mau menunjukan bahwa apakah yang diharapkan oleh bangsa Israel untuk mendapatkan pengampunan dari Tuhan dan bertobat adalah secara batiniah atau hanya sekedar formalitas untuk mendapat perlindungan. Sebab melihat sikap mereka yang selama ini dalam hal pertobatan hanya dilakukan secara lahiriah saja dan menjadi sesuatu yang sia-sia.
namun engkau sedapat-dapatnya melakukan kejahatan. : Yeremia mau mengatakan bahwa yang mereka harapkan untuk mendapat pengampunan dari Tuhan hanya dari kata-kata saja tetapi bukan berdasarkan tindakan yaitu sikap hidup mereka yang harus diubah. Mereka tetap melakukan kejahatan, karena kata-kata harapan itu hanya semata-mata agar mereka mendapatkan perlindungan dari Tuhan karena akan ada bahaya malapetaka yang menimpa mereka. Kemungkinan ini juga menunjukan sikap bangsa Yehuda yang pada saat itu berada dalam ancaman Babel, dimana mereka percaya Tuhan akan menolong mereka, tetapi mereka tetap berusaha memberontak dengan bantuan Mesir padahal Yeremia mengatakan agar mereka menyerah saja. Disini Yeremia menyatakan bangsa Israel yang percaya tetapi tidak disertai tindakan dan tidak mendengarkan apa yang dikatakannya sebagai seorang nabi.
     
       D.    Kesimpulan
Dalam bagian ini Yeremia berbicara tentang sikap dan tindakan bangsa Israel yaitu di Yehuda yang berpaling dari Tuhan dan memuja dewa kafir bangsa lain. Disamping itu Yeremia sendiri yang tampil sebagai nabi pada saat itu dalam menyampaikan pesan nubuatannya tidak diindahkan bahkan diolok dan ditolak mulai dari raja, para imam, kaum kalangan atas, dan para penduduk Yehuda. Namun dalam suatu keadaan krisis mereka berbalik dan bertobat kepada Tuhan karena ketakutan akan adanya malapetaka yang datang menimpa mereka. Hal tersebut menyebabkan sikap harapan dan pertobatan mereka tidak secara batiniah melainkan secara lahiriah untuk mendapat perlindungan, sehingga semua itu hanyalah harapan pengampunan yang sia-sia.

Hubungan Masyarakat dan Hutan Lindung Camplong di Pulau Timor


(Studi kasus tentang Dampak penerobosan Hutan Lindung Camplong bagi masyarakat setempat)


I.            Latar Belakang Masalah 

Hutan pada umumnya adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan hutan terdapat di wilayah-wilayah luas diseluruh dunia yang memiliki fungsi sebagai penampung karbondioksida, habitat hewan, modulator arus hidrologika, pelestarian tanah dan merupakan salah satu aspek biosfer bumi yang paling penting[1]. Melihat dari fungsinya maka dapat dikatakan bahwa hutan mempunyai jasa yang sangat besar bagi keberlangsungan makhluk hidup terutama manusia. Hutan dapat disebut sebagai paru-paru dunia, sebab jika pelestarian hutan tidak diperhatikan dan menjadi rusak maka penghasil oksigen yang mendukung keberlangsungan makhluk hidup akan sangat minim.
Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, pengertian hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan[2]. Oleh karena itu, maka penghargaan dan pemeliharaan terhadap hutan sebagai suatu ekosistem alam perlu dijaga. Disamping itu hutan adalah bagian dari kehidupan manusia karena memiliki peranan yang sangat penting dalam proses keberlangsungan makhluk hidup.
Berdasarkan ketetapan pemerintah sebagai pelindung menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Pasal 1 angka (4 s/d 11), hutan dibagi menjadi delapan jenis yaitu hutan negara, hutan hak, hutan adat, Hutan lindung, hutan koservasi, kawasan hutan suaka alam, dan kawasan hutan pelestarian alam[3]. Dalam proposal penelitian ini, penulis akan lebih menekankan tentang Hutan Lindung.
Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau kelompok masyarakat tertentu untuk dilindungi, agar fungsi-fungsi ekologisnya tetap terjaga terutama menyangkut tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah tetap dapat berjalan dan dinikmati manfaatnya oleh masyarakat di sekitarnya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam peraturan Undang-Undang RI No 41/1999 tentang Kehutanan menyebutkan bahwa:
“Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah“[4].
     Dengan demikian maka hutan yang menjadi bagian dari alam adalah hutan yang memiliki keanekaragaman dan manfaatnya masing-masing diantaranya adalah Hutan Lindung. Dan yang sebagai agen pelindung itu adalah manusia sendiri. Hutan Lindung terdapat di berbagai wilayah dan diantaranya terdapat di Camplong. Camplong adalah salah satu Kelurahan yang berada di Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang di Pulau Timor, Propinsi NTT dan berjarak sekitar 45 km dari Kota Kupang. Di Camplong ini terdapat hutan dan mata air di kaki gunung fatule’u yaitu Hutan Lindung Camplong[5]. Hutan ini berfungsi untuk mejaga kelestarian lingkungan dan melindungi sumber mata air yang ada, salah satu diantaranya adalah “kolam oenaek”.
Pulau Timor yang cenderung dipandang kering dan berbatu-batu memang benar memiliki kondisi alam yang keras, ditambah kondisi cuaca yang cukup panas memberikan kesan bahwa Pulau Timor adalah daerah yang tandus dan kering. Disamping kekeringan itu, di Pulau Timor terdapat hutan dan mata air. Oleh karena itu masyarakat Timor sangat menaruh hormat pada hutan dan air. Hal tersebut tergambar dengan pemberian nama tempat yang berada di Pulau Timor kebanyakan berawal dengan sebutan oel atau oe yang dalam bahasa Timor berarti air dan fatu yang berarti batu. Pemberian nama dengan awalan oe dan fatu menggambarkan keadaan Pulau Timor yang berbatu dan adanya kerinduan masyarakat akan air[6].  Selain dari pada itu, hutan juga dianggap sebagai tempat keramat yang berdiam totem-totem atau roh orang Timor yang sudah meninggal. Itulah mengapa masyarakat Timor pada umumnya dan juga di Camplong khususnya sangat menaruh hormat pada keadaan alam. Selain dari pada itu pelestarian hutan diperhatikan oleh masyarakat memiliki tujuan agar iklim, struktur tanah dan pengadaan air dan pemanfaatannya bagi masyarakat Camplong tetap terjaga.
Permasalahan yang terjadi ialah potensi-potensi alam dan hutan pada khususnya sekarang telah berkurang manfaatnya secara ekologis. Faktor penyebab perusakan hutan pada umumnya terjadi akibat berbagai aktivitas manusia sendiri yaitu faktor pembangunan. Dengan adanya faktor pembangunan yang pesat maka terjadi kerusakan hutan dan mata air. Dimana hutan tidak lagi dipelihara dan dilindungi secara baik, melainkan menjadi pusat eksploitasi, pembukaan lahan pertanian, demi terwujudnya pembangunan yang direncanakan. Fungsi hutan yang memberikan pengaruh positif bagi lingkungan disekitarnya sebagai fungsi lindung tidak lagi terpelihara. Dengan keadaan seperti ini maka potensi terjadinya bencana alam di lingkungan sekitar hutan sulit dihindari, dan potensi kerusakan lingkungan hidup dan masyarakat dapat terjadi.
II.            Identifikasi Maasalah
Rusaknya hubungan antara masyarakat Camplong dan Hutan Lindungnya. Hubungan saudara dengan alam yang dimiliki oleh masyarakat Camplong kini telah hilang akibat tidak adanya kesadaran dan tanggungjawab dari masyarakat sendiri sebagai agen pelestarian hutan. Hal yang sangat signifikan pula dipengaruhi oleh letak hutan yang berada didekat lahan masyarakat dengan dominasi masyarakat petani merupakan potensi awal terjadinya kerusakan tersebut. Pemanfaatan alam khususnya hutan oleh masyarakat tidak lagi dipahami secara baik sebagai bagian dari kehidupan.
Kawasan Hutan Lindung Camplong dengan aset sumber daya alam hayati yang berada di dalamnya memiliki peran penting dan manfaat yang berkesinambungan dalam sebuah proses yang menjaga kestabilan fungsi lingkungan. Tetapi perusakan hutan terus dilakukan yaitu dengan penerobosan Hutan Lindung Camplong oleh masyarakat setempat khususnya oleh beberapa pihak yang memiliki pandangan berbeda terhadapa Hutan Lindung Camplong itu sendiri.
III.            Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini juga terdapat pembatasan masalah yang akan diangkat. Pembatasan masalah dalam penelitian ini berorientasi pada dampak penerobosan Hutan Lindung Camplong bagi masyarakat setempat. Masalah ini diangkat sebab melihat pada keadaan dan kondisi Camplong yang didalamnya terletak Hutan Lindung Camplong, kondisi iklim, tanah, dan pemanfaatan airnya sudah tidak lagi sseperti dulu. 
IV.            Research Questions
Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu:
  • Bagaimana pandangan masyarakat Camplong waktu dulu tentang Hutan Lindung Camplong di Pulau Timor?
  •   Mengapa terjadi penerobosan Hutan Lindung Camplong setelah ditetapkannya UU dari pemerintah sebagai pelindung, serta dampaknya masyarakat setempat.
V.            Tujuan Penelitian
Dengan rumusan permasalahan yang ada, maka tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut:
  • Mengidentifikasi pandangan masyarakat Camplong mengenai Hutan Lindung Camplong dan manfaatnya
  • Menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya peneerobosan Hutan Lindung Camplong




[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan diunduh pada tanggal 9 Juni 2013 pukul 02.00 WIB
[3] ibid
[4] http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_lindung diunduh pada tanggal 10 Juni 2013 pukul 10.00 WIB
[5] http://www.tempatwisataria.com/2012/11/hutan-wisata-camplong.html diunduh pada tanggal 10 Juni 2013 pukul 13.23 WIB
[6] Dr. Eben Nuban Timo, Pemberita Firman Pencinta Budaya. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006, hlm. 1.